Friday, April 19, 2013

Si Amel



Si Amel
Oleh: Enya Dibna 
Hampir 21 tahun yang lalu, tepatnya di sebuah rumah sakit di Kota Malang lahirlah seorang bayi mungil nan cantik bernama Amalia Rizki Ardiansyah. Dia lahir di tengah keluarga kecil yang didirikan oleh Bapak Muh Rudiansyah dan Ibu Siti Mudrikah, sebuah keluarga yang damai dan sejahtera. Bayi kecil itupun kemudian dipanggil dengan sebutan “Amel”.

Amel tumbuh sehat dan subur di Kota Malang yang indah ini. Hari-harinya diisi dengan penuh keceriaan. Hari demi hari ia lalui hingga tibalah Amel yang masih duduk di kelas 1 sekolah dasar harus pindah ke kota Trenggalek bersama orang tuanya. Hidup di Trenggalek bukan perkara mudah. Amel kecil harus mampu beradaptasi dengan teman-teman dan lingkungan yang jauh berbeda dengan saat ia tinggal di kota Malang. Berbagai upaya dia lakukan untuk beradaptasi dan mendapatkan teman, namun yang ia dapatkan tidak sebaik yang ia harapkan. Akhirnya, setelah lulus dari sekolah dasar Amel memutuskan  untuk melanjutkan sekolah di kota Malang, tanah kelahirannya. Tapi apadaya, sang ayah tidak mengijinkan Amel untuk melanjutkan SMP di kota Malang dengan alasan Amel masih terlalu kecil dan orang tuanya tak sanggup menemaninya untuk hidup di kota Malang karena alasan pekerjaan. Dengan berat hati Amel pun harus menerima keadaan untuk tetap melanjutkan studi di Trenggalek.
Kabupaten Trenggalek, tepatnya di Desa Gondosari Amel bertahan hidup dengan kerasnya kehidupan. Ia sangat berharap bisa melanjutkan studi di kota Malang. Ia berusaha dan berusaha meyakinkan ayahnya bahwa ia mampu untuk hidup lepas dari orang tuanya. Amel berusaha mandiri, melakukan segalanya sendirian dan tak mau bermanja-manja kepada siapapun. Hingga akhirnya pada kelulusan SMP, sang ayah mengijinkannya untuk melanjutkan studi di kota Malang. Amel sangat gembira mengetahui bahwa usahanya untuk meyakinkan sang ayah selama ini membuahkan hasil. Walaupun ia sedih harus meninggalkan kedua orang tuanya, Amel tetap semangat, ia sangat bahagia bisa bersekolah di tanah kelahirannya.
Di kota Malang, Amel kembali menempati rumah lamanya yang sudah lama tak berpenghuni, ditemani oleh sang Bibi, Amel merajut mimpi di kota Malang. Amel mendaftarkan diri di sebuah SMA ternama di kota Malang, SMA Negeri 8 Malang. Di SMA Negeri 8 mengikuti ekstrakulikuler paduan suara dan juga kulintang. Itulah pengalaman organisasi pertama yang diterima Amel di bangku SMA.
Setelah lulus SMA, Amel meneruskan studi di sebuah perguruan tinggi negeri yang juga cukup terkemuka di kota Malang, yaitu Universitas Negeri Malang, dengan mengambil program studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Amel tidak hanya terfokus hanya pada kuliah dan kuliah, ia memutuskan untuk mencari pengalaman dan mengasah bakatnya di Unit Kegiatan Mahasiswa Penulis Universitas Negeri Malang. Karena tertarik pada bidang fiksi, maka Amel mengambil divisi fiksi sebagai tempatnya mengembangkan ilmu di bidang kepenulisan. Tidak hanya sebagai anggota biasa, Amel yang kini telah menghasilkan sebuah karya buku cerpen berjudul “Sepotong Kue Bernama Senyuman” ini pun menjadi Pengurus Departemen Laboratorium Sastra (LABOSTRA) bidang Media dan Dokumentasi di UKMP.
Amel yang mempunyai hobi yang cukup banyak –diantaranya membaca, menyanyi, dan menonton film— ini mempunyai cita-cita yang cukup mulia loh, yaitu menjadi Guru Sekolah Dasar kelak, dan jika dibukakan jalan oleh Yang Maha Kuasa, Amel berkeinginan untuk menjadi Dosen setelah lulus program S1 di Universitas Negeri Malang.
Bagi Amel, menulis bukanlah sebuah hobi, namun menulis adalah sebuah keharusan setiap umat manusia. Dengan menulis, kita bisa selalu dikenal dan dikenang umat manusia yang membaca torehan tinta kita. Jadi, teruslah menulis. Mari berkarya, dan terus berkarya.

No comments:

Post a Comment