Cerita ini bermula
pada suatu malam yang becek.
Malam yang terlampau lama berselimut hujan. Malam yang gemericik. Di mana tak seorangpun rela
hengkang dari dalam rumah
untuk sekedar memenuhi jadwal ronda. Dan disaat hujan mulai mereda, malam kian
berbalut sunyi, dan perlahan desah nyanyian Lingsir
Wengi mulai berkumandang ke seluruh penjuru desa. Mengusik kedamaian lewat
celah-celah tembok bambu. Memaksa masuk ke gendang-gendang telinga yang tak
tersumpal. Seluruh mata terjaga, seluruh jiwa gelisah. Nyanyian itu tak kunjung
reda. Semua berharap fajar segera tiba. Agar desahan tersebut secepatnya sirna.
***