RANTAI KEBIASAAN YANG TERPUTUS ITU BUKAN RINDU
ITU SEMACAM HAMBATAN UNTUK ADAPTASI HAL BARU
Aku
terbiasa dengan kehadirannya. Kabarnya. Pertanyaannya. Perhatiannya. Bahkan
hampir setiap waktu liburku 50% kuhabiskan dengannya. Aku menyayanginya, aku
terbiasa dengannya. Hingga aku sadar, aku hanya menginginkannya, bukan
membutuhkannya.
Kau tau,
tidak semua hal yang membuat hidupmu nyaman dibutuhkan oleh hidupmu sendiri.
Barangkali itu hanya selingan kebutuhan tersier untuk menghindari stress. Galau
datang saat hati dan otakmu tidak sejalan. Iya, itu benar. Terkadang hati
memiliki kemampuan mengungguli otak, atau pikiran. Selain otak, hati pun bisa
tertipu. Bukan berarti bodoh, ia hanya belum sanggup melawan fatamorgana yang
menyelimutinya.
Saat hatimu
sakit, kau akan berharap hati itu segera sembuh. Dengan doa. Ya, bisa. Tapi
tidak ada hal yang instan di dunia ini, apalagi jika kau bernegosiasi dengan
Tuhan. Kau minta ini dan itu pada-Nya. Memangnya kau pernah memberi apa?
Ketekunan ibadah? Kekhusyukan sholat? Kesucian hati? Jangan mendikte Tuhan.
Mintalah apa yang kau inginkan, tapi Tuhan hanya akan memberikan apa yang
memang dibutuhkan olehmu, oleh hidupmu.
Saat hatimu
sakit, itu tanda Tuhan masih memperhatikanmu, menyayangimu, menguji imanmu. Tak
sayang maka takkan peduli, iya kan? Nikmati
rasa sakitmu adalah nasehat terbodoh yang mungkin akan kau dengar. Yak,
tapi itu nyata. Rasa sakit memang harus kau nikmati, meskipun gerah, karena
dengan itu kau akan melatih jiwamu untuk bersyukur. Mensyukuri perubahan yang
ada padamu dengan dititipkannya rasa sakit itu.
Beda
manusia, beda cara pula cara penyelesaian masalahnya. Saat kau punya masalah
dan bercerita pada orang lain, sebagian akan menceritakan masalahnya yang lebih
hebat darimu, agar kamu bersyukur. Yak, sekilas memang tampak efektif. Tapi
sebenarnya, itu hanya iklan. Hatimu takkan tenang begitu saja saat
membandingkan masalahmu dengan masalah orang lain. Bahkan orang lain akan
menilai masalahmu sepele. Hey! Tidak ada masalah sepele tanpa batu loncatan
milik pribadi. Kau tau kenapa manusia menangis saat bersedih? Karena masalah
yang sedang dia alami tidak lebih ringan dari masalahnya yang lalu. Maka jangan
kau ledek masalah orang lain. jika kau tak punya solusi, maka dengarkan saja dan
diamlah. Paling tidak, jika kau ingin membantu, tepuk saja pundaknya. Katakan,
“Sabar ya.”
Kalau kau
punya masalah, ceritakan pada Tuhanmu dengan kata-kata yang baik. Berdoalah
agar tak terucap harapan buruk pada orang yang sudah menyakitimu. Percayalah, tidak
akan ada rasa sakit yang sia-sia. Tuhan tau segalanya, Tuhan tau apa yang
terbaik untukmu. Kedua, ceritakan pada orang-orang yang benar-benar kau percaya
dan baik padamu. Jangan hanya satu dua orang. Bercerita pada orang yang tepat
bisa membantu meringankan bebanmu, sengaja maupun tidak. Selama kau tidak salah
pilih pendengar.
Saat Tuhan
mengujiku hingga aku membuang banyak air mata, aku percaya Tuhan juga bermaksud
untuk mengasah empatiku. Berempati itu sesungguhnya tidak mudah. Kita perlu tau
rasa sakit agar bisa berempati. Agar tidak meremehkan permasalahan orang lain
yang tampak sepele. Kita pun perlu diremehkan, agar tau sakitnya, dan tidak
melakukannya pada yang lain.
Kau tau
obat terbaik untuk patah hati? Membiarkan waktu berlalu tanpa melakukan hal-hal
bodoh, saat kau sudah tenang, lupakan dia. Lupa bukan berarti berhenti peduli
saja, tapi menkondisikan pikiranmu agar tidak dikotori dengan bayangannya. Sedikitpun.
Sedetikpun.
dari aku untuk aku, Semangaaattt!!!
ReplyDeleteudah lebih dari satu tahun nih.
untukmu, diriku setahun yang lalu.
kiniku jadi pribadi yang jauh lebih baik.
lebih bahagia.
lebih produktif.
lebih bermanfaat.
dan jauh lebih mudah bersyukur.
terimakasih atas segala luka di masa lalu.
tanpamu aku takkan melesat sejauh ini.