Cinta Semu
Oleh: Enya Dibna
NOTE: KISAH INI HANYALAH FIKTIF BELAKA dan HANYA MENYESUAIKAN DENGAN
GENRE SEBUAH CERPEN
Inikah buruknya kisah cintaku?
Dulu memang aku memilikinya. Memilikinya dengan status
sebagai kekasihku. Kurajut kasih itu sejak jaman SMA dan hingga kini kami masih
bersama. Namun status kami sudah berganti. Kini dia menjadi ‘mantan kekasih’ku.
Meski begitu aku tetap mencintainya. Aku bersumpah akan selalu mencintainya dan
akan kutunggu hingga dia benar-benar kembali padaku, sebagai kekasihku.
Betapa hancur hatiku ketika dia mengatakan tak
mencintaiku lagi. Sudah bosan. Sudah muak. Itu katanya. Hanya kata-kata talak yang
terucap dari mulutnya. Entah mengapa kelakuannya tak sama dengan apa yang ia
ucapkan padaku. Seminggu setelah kami putus, ia sudah menemukan penggantiku.
Menggantikan posisiku dengan wanita yang katanya
mampu mengalahkan pesonaku di hatinya. Namun apa yang terjadi? Belum lama
mereka jadian, dia datang padaku.
Merengek-rengek bagaikan bayi. Rindu akan kasih sayangku. Lalu, mana wanita
pujaan hatinya yang baru itu? Tak mampukah dia untuk memuaskanmu?
Ya, aku memang wanita murahan. Murahan untukmu. Dan
murahku ini tak kan kuberikan pada lelaki manapun selain dirimu. Entahlah. Walau
kau masih berstatus kekasih orang lain, kau tetap sering datang padaku. Mengelus-elus
kepalaku, menciumi pipiku, bahkan kau sering memelukku terlalu erat hingga aku
tak sanggup bernapas lega. Kau aneh karena kau lelaki yang berselingkuh
denganku. Dan aku juga aneh. Aneh karena tetap membuka lebar-lebar pintu hatiku
untukmu kapanpun kau membutuhkanku. Entahlah. Berulang kali kau meyakinkanku
bahwa kau tak lagi mencintaiku dan takkan kembali padaku. Tapi pada
kenyataannya? Kau tetap sering bermanja-manja padaku tanpa sepengetahuan
kekasihmu.
Bahkan suatu hari, saat kau baru saja putus dan
mendapat kekasih yang lebih ‘wow’ lagi, kau tetap mendatangiku. Kini kau mulai
liar. Menyelinap ke kamar kostku di malam hari dan tidur melungker di bawah selimut tebalku. Ahhh.. aku memang menyayangimu,
namun mengapa kau tega mempermainkan hatiku seperti ini? Dan sejak saat itu,
hampir tiap minggu kau tidur denganku. Tanpa berbuat apa-apa. Awalnya memang
begitu. Namun semakin lama, jemarimu mulai jahil menggelayuti tubuhku.
Perlahan, tanpa sekalipun meminta ijinku, kau melucuti kain-kain penutup
tubuhku hingga telanjang. Sekarang apa? Kukira kau akan menebar benih dalam
rahimku. Ternyata kau tak melakukannya. Kau hanya memelukku hingga tertidur
pulas.
Ada berjuta lelaki yang pernah singgah di hatiku, di
masa laluku. Namun tak seperti dirimu. Sepedih apapun luka yang kau torehkan
padaku, aku tak mampu menghapus namamu di hatiku. Entah sampai kapan aku akan
sakit seperti ini. Dan kaupun tetap seperti itu. Bergonta-ganti gadis hampir di
setiap bulannya, namun masih betah bertengger di ranjang kostku hampir di
setiap malam. Aku bertanya-tanya. Apakah kau benar-benar mencintai para
gadis-gadismu itu? Tanpa pernah mendapat jawaban yang pasti, namun aku selalu
yakin, aku percaya, kau takkan beraneh-aneh dengan mereka seperti kelakuanmu
padaku.
Ahhh cinta memang tak harus berstatus, namun tetap
bisa merasa memiliki. Yah, aku merasa memilikimu. Makin hari kau semakin sering
datang menemuiku. Sesaat kau ucap ‘rindu’ padaku, namun buru-buru kau menutup
mulutmu sendiri. Ada apa? Malukah kau mengatakannya pada gadis yang selama ini
kau permainkan perasaannya? Mungkinkah kini aku berhasil menjaringmu dalam
rengkuh cintaku?
Sampai suatu hari, beberapa wanita datang
menghampiriku di kampus, selepas perkuliahan. Mereka melabrakku. Mencaciku.
Mengataiku gadis murahan, gadis penggoda, pelacur. Persetan dengan ucapan kalian.
Memangnya aku peduli? Apa mereka tau apa yang kurasa? Dengan nada benci mereka
katakan padaku bahwa prianya segan diajak berciuman hanya karena bibir indahnya
sudah menjadi milikku? Hah? Omong kosong apa ini? Dicaci maki seperti apapun
aku kebal. Namun tidak dengan baku hantam. Aku memang lemah. Bahkan mengangkat
segalon air mineral pun aku tak mampu. Mereka mulai resah dengan perkataannya
yang tak kugubris. Kini 2 hingga 3 tinju mereka daratkan di pipiku. Dasar
wanita liar. Mana ada wanita yang mempergunakan tanggannya untuk meninju
sesamanya. Aku tak berkutik. Hanya diam. Tanpa air mata ataupun ungkapan kata
perdamaian. Mereka terus menghakimiku, terus, terus, hingga akhirnya kau
datang. Kau datang membawa hembusan kemerdekaan bagiku. Kau melerai kami.
Memelukku. Dan balik menghina wanita-wanita liar itu. Kau talak mereka semua
dengan kata-kata keji menyayat hati. Mereka geram, namun hanya sanggup menangis
sembari mengemis-emis meminta rujukmu. Hahaha. Siapa yang murahan sekarang?
Kini, pria mu, pria kalian semua, telah menjadi milikku seutuhnya.
-happily ever after-
No comments:
Post a Comment