Friday, April 19, 2013

Cinta Semu



Cinta Semu
Oleh: Enya Dibna 
NOTE: KISAH INI HANYALAH FIKTIF BELAKA dan HANYA MENYESUAIKAN DENGAN GENRE SEBUAH CERPEN
Inikah buruknya kisah cintaku?
Dulu memang aku memilikinya. Memilikinya dengan status sebagai kekasihku. Kurajut kasih itu sejak jaman SMA dan hingga kini kami masih bersama. Namun status kami sudah berganti. Kini dia menjadi ‘mantan kekasih’ku. Meski begitu aku tetap mencintainya. Aku bersumpah akan selalu mencintainya dan akan kutunggu hingga dia benar-benar kembali padaku, sebagai kekasihku.

Betapa hancur hatiku ketika dia mengatakan tak mencintaiku lagi. Sudah bosan. Sudah muak. Itu katanya. Hanya kata-kata talak yang terucap dari mulutnya. Entah mengapa kelakuannya tak sama dengan apa yang ia ucapkan padaku. Seminggu setelah kami putus, ia sudah menemukan penggantiku. Menggantikan posisiku dengan wanita yang katanya mampu mengalahkan pesonaku di hatinya. Namun apa yang terjadi? Belum lama mereka jadian, dia datang padaku. Merengek-rengek bagaikan bayi. Rindu akan kasih sayangku. Lalu, mana wanita pujaan hatinya yang baru itu? Tak mampukah dia untuk memuaskanmu?
Ya, aku memang wanita murahan. Murahan untukmu. Dan murahku ini tak kan kuberikan pada lelaki manapun selain dirimu. Entahlah. Walau kau masih berstatus kekasih orang lain, kau tetap sering datang padaku. Mengelus-elus kepalaku, menciumi pipiku, bahkan kau sering memelukku terlalu erat hingga aku tak sanggup bernapas lega. Kau aneh karena kau lelaki yang berselingkuh denganku. Dan aku juga aneh. Aneh karena tetap membuka lebar-lebar pintu hatiku untukmu kapanpun kau membutuhkanku. Entahlah. Berulang kali kau meyakinkanku bahwa kau tak lagi mencintaiku dan takkan kembali padaku. Tapi pada kenyataannya? Kau tetap sering bermanja-manja padaku tanpa sepengetahuan kekasihmu.
Bahkan suatu hari, saat kau baru saja putus dan mendapat kekasih yang lebih ‘wow’ lagi, kau tetap mendatangiku. Kini kau mulai liar. Menyelinap ke kamar kostku di malam hari dan tidur melungker di bawah selimut tebalku. Ahhh.. aku memang menyayangimu, namun mengapa kau tega mempermainkan hatiku seperti ini? Dan sejak saat itu, hampir tiap minggu kau tidur denganku. Tanpa berbuat apa-apa. Awalnya memang begitu. Namun semakin lama, jemarimu mulai jahil menggelayuti tubuhku. Perlahan, tanpa sekalipun meminta ijinku, kau melucuti kain-kain penutup tubuhku hingga telanjang. Sekarang apa? Kukira kau akan menebar benih dalam rahimku. Ternyata kau tak melakukannya. Kau hanya memelukku hingga tertidur pulas.
Ada berjuta lelaki yang pernah singgah di hatiku, di masa laluku. Namun tak seperti dirimu. Sepedih apapun luka yang kau torehkan padaku, aku tak mampu menghapus namamu di hatiku. Entah sampai kapan aku akan sakit seperti ini. Dan kaupun tetap seperti itu. Bergonta-ganti gadis hampir di setiap bulannya, namun masih betah bertengger di ranjang kostku hampir di setiap malam. Aku bertanya-tanya. Apakah kau benar-benar mencintai para gadis-gadismu itu? Tanpa pernah mendapat jawaban yang pasti, namun aku selalu yakin, aku percaya, kau takkan beraneh-aneh dengan mereka seperti kelakuanmu padaku.
Ahhh cinta memang tak harus berstatus, namun tetap bisa merasa memiliki. Yah, aku merasa memilikimu. Makin hari kau semakin sering datang menemuiku. Sesaat kau ucap ‘rindu’ padaku, namun buru-buru kau menutup mulutmu sendiri. Ada apa? Malukah kau mengatakannya pada gadis yang selama ini kau permainkan perasaannya? Mungkinkah kini aku berhasil menjaringmu dalam rengkuh cintaku?
Sampai suatu hari, beberapa wanita datang menghampiriku di kampus, selepas perkuliahan. Mereka melabrakku. Mencaciku. Mengataiku gadis murahan, gadis penggoda, pelacur. Persetan dengan ucapan kalian. Memangnya aku peduli? Apa mereka tau apa yang kurasa? Dengan nada benci mereka katakan padaku bahwa prianya segan diajak berciuman hanya karena bibir indahnya sudah menjadi milikku? Hah? Omong kosong apa ini? Dicaci maki seperti apapun aku kebal. Namun tidak dengan baku hantam. Aku memang lemah. Bahkan mengangkat segalon air mineral pun aku tak mampu. Mereka mulai resah dengan perkataannya yang tak kugubris. Kini 2 hingga 3 tinju mereka daratkan di pipiku. Dasar wanita liar. Mana ada wanita yang mempergunakan tanggannya untuk meninju sesamanya. Aku tak berkutik. Hanya diam. Tanpa air mata ataupun ungkapan kata perdamaian. Mereka terus menghakimiku, terus, terus, hingga akhirnya kau datang. Kau datang membawa hembusan kemerdekaan bagiku. Kau melerai kami. Memelukku. Dan balik menghina wanita-wanita liar itu. Kau talak mereka semua dengan kata-kata keji menyayat hati. Mereka geram, namun hanya sanggup menangis sembari mengemis-emis meminta rujukmu. Hahaha. Siapa yang murahan sekarang? Kini, pria mu, pria kalian semua, telah menjadi milikku seutuhnya.
-happily ever after-

No comments:

Post a Comment