SERIGALA
YANG TAMAK
Oleh:
Enya Dibna
Dahulu
kala di sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah
rusa, ibu babi, serta dua orang anak yaitu serigala dan musang. Serigala adalah
anak yang suka bermain dan sangat malas, sedangkan musang adalah anak yang
rajin dan baik hati.
Suatu
hari, ayah rusa sakit, beliau mengutus dua anaknya untuk pergi ke ladang.
Masing-masing anak mendapat bekal yang sama yaitu sebuah apel dan 3 keping uang
logam. Di tengah perjalanan, serigala merasa lapar dan memakan apelnya, karena
belum cukup kenyang ia pun meminta apel milik musang. Musang yang baik hati pun
memberikan apel kepada serigala karena ia belum merasa lapar.
Ketika
melewati pasar, mereka mencium bau ikan bakar yang sangat lezat. Serigala pun
memutuskan untuk membeli ikan bakar. Harga ikan bakar itu per tusuk adalah 2
keping logam. Serigala yang cerdik pun merayu musang untuk menggabungkan uang
mereka agar mendapatkan 3 tusuk ikan bakar dan musang pun setuju. Setelah itu
mereka pun kembali melanjutkan perjalanan menuju ladang ayah.
Ikan
bakar yang mereka beli di pasar tadi aromanya enak sekali sehingga air liur
serigala pun tak tertahankan. Ia pun berkata pada musang, “Hei musang, aku
lapar. Ikan bakar ini ada tiga tusuk, jika kita berbagi maka masing-masing dari
kita akan mendapatkan satu setengah tusuk. Sekarang bolehkah aku makan ikan
bakar bagianku?”. Musang pun menjawab, “Silahkan saja, serigala. Satu setengah
bagian dari ikan bakar itu memang milikmu, dan sisanya adalah milikku.”
Serigala
pun makan sambil melanjutkan perjalanan, padahal ibu selalu berpesan untuk
tidak makan sambil berjalan. Satu tusuk ikan bakar sudah termakan oleh
serigala. Sekarang ia mulai memakan satu tusuk ikan bakar yang ke-dua. Ups,
tanpa disadari ia telah menghabiskan 2 tusuk ikan bakar, itu artinya serigala
telah memakan jatah si musang sebanyak setengah tusuk. Karena musang tidak
melihat maka serigala terus melanjutkan makan ikan bakar hingga ketiga tusuk
ikan bakar itu pun habis.
“Ah.. aku
kenyang sekarang”, gumamnya dalam hati.
Mengetahui
jatah ikan bakarnya sudah dihabiskan serigala, musang pun menjadi sedih. Kini
musang merasa lapar namun ia sudah tidak mempunyai bekal apapun untuk dimakan.
Sekarang
tibalah saat mereka harus berjalan melintasi rawa lumpur sebelum mencapai
ladang ayah, serigala yang kekenyangan pun tergopoh-gopoh melewati rawa lumpur
karena perutnya yang besar terisi penuh. Beberapa saat kemudian pun perutnya
kram dan ia hampir tenggelam ke dalam rawa lumpur. Dengan cekatan, sang musang
pun menolong serigala untuk keluar dari rawa dan berhasil menyelamatkannya.
“Aku kan
sudah memakan jatah makan siangmu, mengapa engkau masih mau menolongku?”, tanya
serigala kepada musang.
“Tentu saja
aku harus menolongmu, kita kan harus selalu menolong orang yang sedang
kesulitan”, jawab musang.
“Kau baik
sekali, musang. Terima kasih banyak. Maafkan aku karena telah serakah mengambil
makananmu. Sekarang perutku sakit sekali”, tambah serigala.
“Tak apa,
aku memaafkanmu, serigala. Ohya, perutmu sakit itu pasti gara-gara kau makan
sambil berjalan. Ibu kan selalu berpesan untuk makan sambil duduk, sambil
berdiri saja tidak boleh apalagi sambil jalan. Itulah akibatnya”, kata musang.
“huhuhu..
aku kapok deh makan sambil berjalan. Lain kali tak kan kuulangi lagi.”
Sejak
saat itu, serigala tidak pernah lagi makan sambil berjalan ataupun berdiri. Dia
juga tidak pernah lagi bersikap serakah kepada siapapun.
TAMAT
No comments:
Post a Comment