Friday, April 19, 2013

Serigala yang Tamak



SERIGALA YANG TAMAK
Oleh: Enya Dibna

Dahulu kala di sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah rusa, ibu babi, serta dua orang anak yaitu serigala dan musang. Serigala adalah anak yang suka bermain dan sangat malas, sedangkan musang adalah anak yang rajin dan baik hati.

Suatu hari, ayah rusa sakit, beliau mengutus dua anaknya untuk pergi ke ladang. Masing-masing anak mendapat bekal yang sama yaitu sebuah apel dan 3 keping uang logam. Di tengah perjalanan, serigala merasa lapar dan memakan apelnya, karena belum cukup kenyang ia pun meminta apel milik musang. Musang yang baik hati pun memberikan apel kepada serigala karena ia belum merasa lapar.
Ketika melewati pasar, mereka mencium bau ikan bakar yang sangat lezat. Serigala pun memutuskan untuk membeli ikan bakar. Harga ikan bakar itu per tusuk adalah 2 keping logam. Serigala yang cerdik pun merayu musang untuk menggabungkan uang mereka agar mendapatkan 3 tusuk ikan bakar dan musang pun setuju. Setelah itu mereka pun kembali melanjutkan perjalanan menuju ladang ayah.
Ikan bakar yang mereka beli di pasar tadi aromanya enak sekali sehingga air liur serigala pun tak tertahankan. Ia pun berkata pada musang, “Hei musang, aku lapar. Ikan bakar ini ada tiga tusuk, jika kita berbagi maka masing-masing dari kita akan mendapatkan satu setengah tusuk. Sekarang bolehkah aku makan ikan bakar bagianku?”. Musang pun menjawab, “Silahkan saja, serigala. Satu setengah bagian dari ikan bakar itu memang milikmu, dan sisanya adalah milikku.”
Serigala pun makan sambil melanjutkan perjalanan, padahal ibu selalu berpesan untuk tidak makan sambil berjalan. Satu tusuk ikan bakar sudah termakan oleh serigala. Sekarang ia mulai memakan satu tusuk ikan bakar yang ke-dua. Ups, tanpa disadari ia telah menghabiskan 2 tusuk ikan bakar, itu artinya serigala telah memakan jatah si musang sebanyak setengah tusuk. Karena musang tidak melihat maka serigala terus melanjutkan makan ikan bakar hingga ketiga tusuk ikan bakar itu pun habis.
“Ah.. aku kenyang sekarang”, gumamnya dalam hati.
Mengetahui jatah ikan bakarnya sudah dihabiskan serigala, musang pun menjadi sedih. Kini musang merasa lapar namun ia sudah tidak mempunyai bekal apapun untuk dimakan.
Sekarang tibalah saat mereka harus berjalan melintasi rawa lumpur sebelum mencapai ladang ayah, serigala yang kekenyangan pun tergopoh-gopoh melewati rawa lumpur karena perutnya yang besar terisi penuh. Beberapa saat kemudian pun perutnya kram dan ia hampir tenggelam ke dalam rawa lumpur. Dengan cekatan, sang musang pun menolong serigala untuk keluar dari rawa dan berhasil menyelamatkannya.
“Aku kan sudah memakan jatah makan siangmu, mengapa engkau masih mau menolongku?”, tanya serigala kepada musang.
“Tentu saja aku harus menolongmu, kita kan harus selalu menolong orang yang sedang kesulitan”, jawab musang.
“Kau baik sekali, musang. Terima kasih banyak. Maafkan aku karena telah serakah mengambil makananmu. Sekarang perutku sakit sekali”, tambah serigala.
“Tak apa, aku memaafkanmu, serigala. Ohya, perutmu sakit itu pasti gara-gara kau makan sambil berjalan. Ibu kan selalu berpesan untuk makan sambil duduk, sambil berdiri saja tidak boleh apalagi sambil jalan. Itulah akibatnya”, kata musang.
“huhuhu.. aku kapok deh makan sambil berjalan. Lain kali tak kan kuulangi lagi.”
Sejak saat itu, serigala tidak pernah lagi makan sambil berjalan ataupun berdiri. Dia juga tidak pernah lagi bersikap serakah kepada siapapun.
TAMAT

No comments:

Post a Comment