Monday, July 13, 2020

Merusak Tradisi


Aku mencintai fiksi, takpi tidak memercayainya.
Aku mengagumi adat jawa, tapi tidak ingin menerapkannya.



Aku mencintai dan mengaguminya karena rumit dan indah. Juga anggun, dan megah.
Tapi aku tidak bisa menerapkannya pada hidupku karena tidak percaya pada faedah yang dijanjikan.

Dan aku benar-benar membuktikannya.
Aku menikah hanya secara hukum dan agama, tidak dengan adat.
Tanpa sengaja memang, tapi itu kini terjadi.

Tanpa hura-hura lamaran, pesta pora resepsi pernikahan.
Awalnya kami berencana dan menabung untuk hal-hal itu.
Tapi pandemi datang, dan kami merombak rencana.
Menjadikannya lebih sederhana, namun benar-benar bermakna.

Resepsi susulan pasca pandemi? Untuk apa?
Lambat laun semua orang juga akan tau kami sudah sah.
Kini kami tergiur untuk mengoleksi benda-benda pendukung rumah tangga.
Dan jika pandemi reda, berwisata sepuasnya.

Hal terburuk yang mungkin terjadi pada kami barangkali hanya sebatas dugaan tetangga bahwa kami melakukan zina hingga bunting kemudian menikah dengan buru-buru dalam sepi.
Menjadikan sah sebuah hubungan itu simpel, sayang. Kenapa harus repot-repot zina?
Dan percayalah, sumber segala kerumitan pikiranmu tentang nikah adalah ADAT.
Satu lagi, "gengsi".

No comments:

Post a Comment