GAGAL dan BELUM BERHASIL adalah dua hal yang berbeda.
GAGAL adalah kondisi saat kita tak mampu mencapai target
karena belum mengerahkan 100% potensi diri dan lingkungan. Sedangkan BELUM
BERHASIL adalah kondisi saat kita tak mampu mencapai target bahkan setelah kita
mengerahkan 100% potensi diri dan lingkungan.
GAGAL, murni kesalahan kita sendiri. Karena malas dan kurang
berupaya.
BELUM BERHASIL, adalah kesuksesan yang tertunda. Kita sudah
berupaya sekuat tenaga, tapi Tuhan memutuskan ‘belum saatnya!’.
Berbicara soal gagal dan berhasil, aku menyandang satu
kegagalan di tahun ini. Aku gagal mencapai target yang kutulis sendiri di
penghujung tahun 2018, yaitu punya SIM C. Kenapa tak kusebut saja ‘belum
berhasil’? Yaaa karena aku terlalu banyak alasan untuk berusaha mendapatkannya.
Aku 100% belum mencoba, belum berlatih, dan selalu berdalih. Iya, iya. Aku
gagal. Tapi 2019 tetap jadi tahun terbaik dalam hidupku. Bagiku, tahun ini jauh
lebih berkualitas dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Akhir tahun lalu, segan rasanya meninggalkan 2018 karena
banyak perubahan baik yang kualami, yang teramat berdampak pada fisik dan
psikisku. Baru kali itu aku menyayangkan pergantian tahun. Tahun2 sebelumnya,
aku tak pernah ambil pusing akan segala perubahan tahun, sekalipun. Dan
untungnya, 2019 bahkan jadi tahun yang lebih menyenangkan. Semoga 2020 akan
jauh lebih baik lagi.
2019-ku diawali dengan pengumuman penetapan daftar peserta
yang lolos tes cpns. Tepat 31 desember 2018 diumumkan, hampir tengah malam kubaca.
Kusambut 1 Januari 2019 dengan sumringah. Banyak hal yang perlu diurus setelah
pengumuman itu. Salah satunya tes kesehatan jasmani dan rohani yang mahal dan
ribetnya naudzubillah dan tak ingin kuulang lagi (secara mandiri). Ketika kita
menjalani suatu hal yang melelahkan, ribet, dan agak menyiksa, pasti ada
hikmah. Eh, salah, segala hal pasti ada hikmahnya. Aku mendapat banyak teman
baru dari tes itu. Karena kami senasib dan tanpa sengaja mengeluh bersama.
Wkwk.
Februari 2019, untuk pertama kalinya pimpinanku mengirimku
keluar sekolah untuk mengikuti lomba antar guru se-Kota Malang. Lomba pembuatan
media pembelajaran inovatif. Sebetulnya bukan aku yang dikirim, pada awalnya,
tapi seniorku. Lalu kenapa jadi aku? Karena beban tugas yang diberikan pada pelatihan
lomba teramat berat dan ribet bagi seniorku, beliau menyerah dan si KS pun
melimpahkannya padaku. Awalnya aku biasa saja saat ikut lomba yang berlangsung
berhari-hari ini, tapi karena salah satu pembimbingnya ganteng dan aku jomblo
dan aku berencana pedekate dengannya, akupun semangat kudu menang hahahaha.
Iya, iya, dia jelas bukan jodohku karena setelah beberapa kali bimbingan dia
bilang dia sudah beristri oke baik aku menyerah gabole jadi pelakor. Menyerah
mengejarnya bukan berarti menyerah pada lomba juga kan? Aku menyabet juara tiga
di lomba ini, dengan hadiah duit senilai dua juta rupiah dipotong pajak jadi
sisa satu juta Sembilan ratus ribu rupiah.
Duit lomba ngga langsung cair, perlu waktu berbulan-bulan
buat dapet acc subag keuangan jadi aku ngga bilang2 kalo dapet hadiah duit. Aku
Cuma bilang ke instansi kalo hadiahnya piagam doang. Sambil nunggu duitnya cair
eh kok aku jadi ngayal pengen beli ini itu yaaa jadinya pas duitnya cair aku
jadi nggak jujur ke instansi dan kubilang cuma dapet sejuta lalu kutraktir
temantemanku buat buka bareng di rumahku tanpa dipungut biaya. Ya maaf uangnya
kupake buat beli sepatu, speaker, dan lain sebagainya jadi udah keplanning
sebelum cair. Dan karena hal ini pimpinanku jadi senewen (bentar sih) karena
aku ngga bilang nominal hadiahnya (pas cair, diknas ngasih tau kepsek buat
nyuruh aku ambil duit. Ketaone kan jadinya kalo hadiahnya duit wkwk).
Itu dua pencapaian terbesar dalam karirku di tahun 2019.
Sebetulnya aku berambisi buat dapet juara satu waktu latsar di prigen tapi
gagal. Eh, bukan gagal. Aku berupaya semaksimal mungkin walau keliatannya woles
bet. Aku cuma dapet rekor laporan aktualiasi dengan halaman ter-sedikit di dua
angkatan. Aku ngga suka bahasa yang terlalu bertele-tele jadi kuringkas
semuanya. Walau ngga juara, tapi momen prajab jadi momen ter-ajaib dalam hidup,
seperti tulisanku di judul sebelumnya. Pengen balik lagi, tapi tydac mungkin.
19 hari on campus tahap 1 dan 4 hari on campus tahap 2.
Total 23 hari dan super super super syekali. Dan untuk pertama kalinya ada
brondong2 yang pedekate ke aku hahaha. Udah ah.
Lanjut.
Berkat bimtek dan prajab, lingkar pertemananku bertambah
luas. Dan itu jadi hal yang teramat kusyukuri di tahun 2019.
Apa lagi ya?
Entah kenapa tahun ini banyak pasutri yang berbondong-bondong
ngajak ibuku besanan. Mendadak jadi banyak ibuibu yang pengen aku jadi
menantunya. Beberapa aku kenal, beberapa lagi hanya ibuku yang kenal. Aku lulus
kuliah 2016, itu artinya aku udah bisa cari duit sendiri hampir 4 tahun dan
kemana kalian semua saat aku masih honorer hah?! 2,5 tahun jadi GTT apakah
kurang bergengsi untuk dijadikan mantu? Sebuah fakta yang memilukan mengingat
aku pernah mendampingi seorang lelaki dari nol dan ditinggalkan saat dia udah
sertifikasi alias lagi muapan-mapannya.
Sebetulnya, satu paragrat terakhir di atas ngga bisa keitung
pencapaian di tahun 2019 dalam hal asmara sih. Lantas bagaimana pencapaian
dalam hal asmara di tahun 2019? Ada, tapi rahasia. Nanti kamu ngga sengaja baca
terus senyum2 sendiri.
No comments:
Post a Comment