Thursday, December 24, 2020

hello, human/(s)

 Sebelum kuluapkan segala keluh kesahku, kau perlu tau. Aku bahagia memilikimu. Bukan sebagai harapan yang terkabul, namun sebagai titipan yang membuatku tampak layak untuk mendapatkanmu.

Aku sempat khawatir dengan nyinyiran kerabat, ketika aku dan dia berencana menunda untuk memilikimu. Iya, kami berencana menunda kehadiranmu. Aku ingin kuliah dulu, kuliah profesi. Kegiatan yang membuat teman terdekatku kurus teratur karena rutinitasnya yang kurang manusiawi. Aku tak ingin, saat itu tiba, kau akan kuacuhkan demi tugas-tugas kuliah profesiku yang membabi-buta. Aku tak ingin merepotkan, sungguh.

Alasan kedua, aku masih ingin menikmati momen indah berdua dengan ayahmu. Aku belum rela dia membagi cintanya untuk kita. Aku ingin segala waktu luangnya untukku. Setidaknya, karena dulu kami belum melewati ikatan-ikatan haram masa remaja berdua, aku ingin dia seutuhnya terlebih dahulu.

Mereka-mereka bilang, Tuhan akan marah jika kami menunda memilikimu, dan mencabut hak kami untuk mendapatkanmu. Ternyata tidak. Kamu datang, dan banyak orang bahagia akan kabar kehadiranmu di rahimku. Namun, aku perlu waktu. Aku khawatir tidak bisa menjadi yang terbaik untukmu.

Trimester pertama ini, ayahmu sedang ada dalam kondisi super sibuk karena proyek-proyeknya. Dia berusaha mengumpulkan banyak uang untukmu, untuk kita semua. Hampir tanpa hari libur. Pagi hingga teramat petang. Kami bahkan hanya punya beberapa menit berharga untuk dipakai berbincang santai, tidak serius.

Trimester pertama ini, kau membuatku susah makan dan banyak menolak apa saja yang aku sukai. Segala yang aku sukai dulu, hampir semua kau tolak. Tapi kau tak bisa memberitahuku apa-apa yang pasti kau mau dan terima. Aku harus bagaimana? Yang kuingin saat ini hanya dua, bisa makan dengan nikmat dan bisa bergelayutan di lengan ayahmu. Mendekapnya sepanjang hari di hari-hari libur semesterku. Bercengkerama dan bercanda dengannya. Makan bersama tanpa muntah ataupun mual.

Trimester pertama ini, pengeluaranku tak terkendali. Aku mencoba membeli banyak jenis makanan setiap hari, barangkali kau suka. Hal yang jarang kulakukan dulu, kecuali di tiap-tiap tanggal muda. Aku ingin jalan-jalan, namun virus mengintai di mana-mana. Bulan ini, harusnya aku berhemat, karena Januari gajian pasti telat, namun tak bisa. Kau butuh asupan yang kupilih secara random karena ku tak tau maumu apa.

Aku berharap, kau baik-baik saja dalam rongga perutku. Tidur dengan bahagia di sana. Dan lambat laun tidak pilih-pilih menu makanan. Di sini aku sedang mempersiapkan diri, mau kuapakan kau nantinya saat terlahir nanti. Berapapun jumlahmu, apapun jenis kelaminmu, lahirlah dengan selamat dan sehat. Jikalau aku harus berkorban nyawa demi kehadiranmu, tak apa. Setidaknya, kehadiranmu akan membawa banyak kebahagiaan dan cinta di keluarga kita nantinya.

Salam sayang, Bunda.

No comments:

Post a Comment