Monday, March 23, 2020

Social Distance di Tengah Pandemi

Pemerintah lagi gencar2nya menggalakan sistem social distance atau perlindungan diri dengan menjaga jarak. Terdengar mudah dituruti tapi sebenarnya tidak. Why?

Ini hari pertamaku WFH atau kerja dari rumah. Bagi profesiku, WFH bukan hal yang sulit karena sekolah-sekolah di kota memang sudah diliburkan, sejak 7 hari lalu. Namun baru hari ini gurunya diliburkan. Bukan, bukan libur. Tapi bekerja dari rumah. Ini salah satu bentuk social distance.

Hari ini aku di rumah, bikin soal, monitoring kegiatan anak-anak, ngoreksi tugas-tugas mereka satu per satu. Aku pun sampai memilih berjamaah di rumah dibanding ke masjid. Aku nggak ke warung, nggak maen ke tetangga. Bener-bener nggak ke mana-mana. Tapi aku masih belum bisa menyatakan diriku 100% terisolasi. Kenapa?

Aku terlahir di keluarga yang masih menjalin kekerabatan dengan sepupu jauh. Jalinan silaturahmi kami masih terjaga. Dan sayangnya, tidak semua dari kami teredukasi masalah social distance ini. Sedih. Mereka masih suka bertamu ke rumahku, hampir setiap hari ada tamu yang 'tidak mungkin untuk dipulangkan paksa'.

Tidak ada disinfektan di rumah, handsanitizer pun nol. Kami menjaga diri dengan sering cuci tangan dan menahan diri untuk keluar rumah saja. Tapi usaha seperti apapun kalo rumah masih kedatengan tamu ya sama aja boong. Apalagi beberapa saudaraku ada yg bekerja sebagai ojol, dan mereka pun doyan mampir ke rumah. Nggak tega, campur waswas. Apalagi, minggu lalu, tiga tanteku meninggal secara bergiliran dalam tiga hari berturut-turut (etapi bukan karena corona lo yaaa). Rabu, Kamis, dan Jumat. Kami takjiah dan logikanya pasti salaman dan pelukan dong. Gila aja masa masih masang social distance di saat keluarga lagi berduka.

Aku percaya imunitasku tinggi. Sekalipun terpapar (tp ya jangan sampe) akan tetap baik-baik saja karena nggak ada riwayat penyakit gula, jantung, atau paru. Tapi ada ibuku yang tergolong lansia di rumah. Astaga. Wabah pandemik ini mengerikan sekali.


get well soon, very soon, Indonesiaku, bumiku :(

No comments:

Post a Comment